13 Juni 2012

1.511 Siswa tak Lulus UN SMP

 Padang Ekspres • Sabtu, 02/06/2012 11:33 WIB • * • 4455 klik

GRAFIS : ORTA
Padang, Padek—Tak mau kalah ketimbang pe­serta Ujian Nasional (UN) 2012 tingkat SMA se­derajat, persentase kelulusan peserta UN 2012 ting­kat SMP sederajat juga menunjukkan hasil lebih baik. Kalau persentase kelulusan UN 2012 tingkat SMA 99,21 persen, sedangkan UN 2012 tingkat SMP men­capai 98, 20 persen. Kendati Sumbar tetap tak m­asuk peringkat lima besar, namun persentase ke­lulusan ini lebih baik ketimbang tahun lalu, yakni 98,15 persen. 

Demikian diungkapkan Kepala Bidang Pendi­di­kan Dasar Dinas Pendidikan Sumbar, Bustavidia ke­marin (1/6). Dari hasil itu, tercatat 1.511 siswa dari 64.981 total peserta UN secara nasional dinyatakan ti­dak lulus. Rinciannya; 1.220 siswa SMP, 283 siswa MTs, dan 8 siswa SMP terbuka.

Sedangkan tahun lalu, m­e­nurut Bustavidia, tercatat 1.525 sis­wa tidak lulus UN 2011. Pe­serta UN SMP paling banyak ti­dak lulus yakni 1.220 orang, di­susul MTs 283 orang, dan SMP Terbuka 8 orang.

Ditanya rincian sekolah ma­na saja paling banyak tidak lulus, Bus­­tavidia enggan mem­beber­kan­nya. “Maaf saya belum bisa mem­berikan informasi secara rin­ci soal itu. Karena pe­ngu­mu­man tingkat kelulusan unt­uk SMP, MTs dan SMP Ter­buka ba­ru diumumkan be­sok sore (sore ini, red). Saya hanya bisa be­rikan sedikit gam­baran awal saja. Persentase kota dan kabu­paten yang jumlah siswa tak lulusnya cukup sedikit ada lima daerah,” sebutnya.

Lima daerah persentase siswa SMP tak lulus paling kecil ber­dasarkan nilai akhir, sebut Bus­tavidia, yakni Pesisir Selatan 5 orang, Padang 21 orang, Pa­dangpariaman 6 orang, Bu­kittinggi 1 orang, dan Pariaman 1 orang. Prestasi Pessel pada UN SMP ini, sekaligus memperbaiki predikat hasil UN SMA Pessel yang terburuk di Sumbar.

Untuk lima daerah per­sen­tase siswa MTs tak lulus paling s­e­dikit yakni Pariaman nihil, Pe­sisir Selatan 2 orang, Pa­dang­pa­ria­man 1 orang, Bukit­tinggi 1 orang, dan Padang 6 orang.

Jakarta Gusur Jatim    

Di sisi lain, Jawa Timur (Ja­tim) boleh bangga ketika per­sentase kelulusan UN SMA/se­derajat menduduki ranking ter­tinggi se-Indonesia. Tapi un­tuk jen­jang SMP/sederajat, pres­tasi Ja­tim melorot. Provinsi di­pim­pin Soekarwo itu men­du­duki pe­ringkat delapan. Posisi perta­ma disabet DKI Jakarta.

Hasil umum UN SMP/sede­ra­jat ini dipaparkan Menteri Pen­­didikan dan Kebudayaan (Men­dikbud) Mohammad Nuh, di Jakarta kemarin (1/5). Secara ke­seluruhan, UN SMP/sederajat mu­sim 2012 diikuti 3.697.865 sis­­wa. Dari jumlah tersebut, sis­wa dinyatakan lulus 3.681.920 anak. Dengan de­mikian, hanya ada 15.945 siswa (0,43 %) tidak lulus UN. Bagi siswa tidak lulus ini, bisa mengulang setahun lagi. Atau juga bisa mengikuti ujian wajib belajar Paket B.

Dalam paparan Nuh ke­ma­rin, terungkap jika DKI Ja­karta men­jadi provinsi paling ba­gus. Tingkat persentase keti­daklu­lu­san DKI Jakarta 0,00 persen. Da­ri total pe­serta UN di DKI Ja­karta men­capai 132.328 siswa, ha­nya ada satu siswa tidak lulus. “Itu kenapa persentasenya 0,00? Ka­rena tidak kelihatan lagi soalnya, hanya satu siswa yang ti­dak lulus,” tutur menteri asal Su­rabaya.

Di bagian lain, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih setia menduduki posisi juru kunci. Pada pengumuman UN SMA/sederajat, provinsi NTT menjadi provinsi paling tinggi persentase ketidaklulusannya, yaitu 5,50 persen.

Ketika hasil UN SMP/sede­rajat diumumkan, NTT tetap men­jadi juru kunci. Persentase ke­­ti­daklulusan di NTT mencapai 2,45 persen. Dari total peserta UN di NTT yang mencapai 77.940 sis­wa, ada 1.906 siswa ti­dak lulus. In­tervensi perbaikan kua­litas pen­di­dikan siap dige­ro­jokkan ke NTT.

Terkait dengan posisi NTT yang masih menjadi juru kunci, Nuh menuturkan, tidak masalah jika NTT masih menjadi juru kun­ci. Sebab, provinsi lain juga ber­lari menjauhi posisi juru kun­ci. “Bedanya yang lain berla­rinya kencang, yang NTT berlarinya kurang kencang. Itulah perlunya intervensi,” katanya.

Pada paparannya, Nuh m­e­nga­takan ada pola yang sama an­tara UN SMP/sederajat de­ngan UN SMA/sederajat. Yaitu seba­ran nilai UN yang lebih luas ke­timbang nilai ujian akhir se­kolah (UAS). Nilai UN yang di­peroleh siswa tersebar mulai dari 5 sampai 10. Sementara nilai UAS rata-rata ada di nilai 7, 8, dan 9.

”Inilah gunanya UN. Bisa me­metakan dan memilih lebih de­tail nilai siswa,” ujar menteri asal Surabaya itu. Terkait de­ngan nilai UN yang menyebar mu­lai dari 5 hingga 10, Nuh mem­pertanyakan kebenaran isu ke­bocoran soal UN. Jika kebo­coran ini benar-benar terja­di, nilai UN siswa berkisar di angka 8, 9, bahkan 10.

Sementara itu, terdapat per­ge­seran pola mata pelajaran ter­sulit antara UN SMA/sede­rajat dengan UN SMP/sederajat. Jika UN SMA/sederajat, pelajaran ba­hasa Indonesia yang menjadi mo­mok. Selanjutnya disusul Matematika. Sementara UN SMP/sederajat adalah, pelajaran matematika menjadi momok. Pe­­­­lajaran berhitung ini mem­buat 1.330 siswa tidak lulus ujian, ka­rena mendapat nilai ku­rang dari 4. Selanjutnya disusul ba­hasa Ing­gris (840), IPA (666), dan ba­hasa Indonesia (343). Se­perti di­ketahui, salah satu sy­a­rat ke­lu­lusan UN adalah, tidak boleh men­dapatkan nilai kurang dari 4.

Nuh berjanji akan terus mengevaluasi hasil UN dari analisa per mata pelajaran itu. Evaluasi ini akan mengetahui, apakah soal yang diujikan terlalu sulit atau proses pembelaran yang kurang optimal sehingga siswa tidak bisa memecahkan soal tersebut.

Untuk selanjutnya, Kemen­dikbud segera meme­takan stan­da­risasi UN tahun depan. Pe­metaan ini di antaranya dija­lan­kan Badan Standarisasi Nasional Pen­­didikan (BSNP). Pihak BSNP masih menunggu pelak­sa­naan UN tingkat SD/sederajat baru menjalankan evaluasi. Eva­luasi dilakukan di antaranya, me­nyangkut derajat atau skor minimal kelulusan dan tingkat ke­sulitan soal ujian. (ayu/jpnn)
[ Red/Administrator ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please....Jangan Mengirim Spam!